Antologi puisi “Rona Kehidupan” merupakan kumpulan karya-karya puisi yang melukiskan kehidupan nyata yang dialami penulsi baik sesungguhnya maupun rekaan. Pelukisannya dalam bentuk baris-baris puisi. Kesabaran menghadapi kesulitan hidup ternyata mendapatkan kemudahan juga. Andai putus asa pasti tidak mendapatkan kemudahan. Liku-liku kehidupan akan terjadi pada setiap orang maka perjuangan untuk hidup wajib dilakukan. Selain itu dalam kumpulan ini memuat puisi tentang ayah, sahabat, ibu juga sebagian tentang alam sawah, pantai, gunung, matahari, bulan. Juga memuat tentang religius seperti doa, kekuasaan Allah dan lainnya. Kumpulan ini diakhiri dengan puisi yang mengungkapkan tentang terima kasih.
Buku ini bisa didapatkan di Dewan Bahasa Jawa Kabupaten Blora.
Antologi puisi “Badai Kehidupan” merupakan kumpulan karya-karya puisi yang menggambarkan kehidupan sesungguhnya namun disajikan dalam bentuk baris-baris puisi. Badai Kehidupan akan terjadi pada setiap orang. Baik orang itu dalam keadaan bahagia maupun susah dan kekurangan semua akan diuji menurut keadaannya masing-masing. Selain itu dalam kumpulan ini memuat puisi tentang perasaan rindu, Ramadhan, Guru, Murid, Ibu serta melukiskan Cepu dan Blora. Kumpulan ini diakhiri dengan puisi yang mengungkapkan tentang Surabaya dan Pahlawan.
Buku ini bisa didapatkan di Dewan Bahasa Jawa Kabupaten Blora.
Antologi cerpen “Siaga Sang Pahlawan” memuat cerita pendek yang melukiskan kehidupan sehari-hari seorang anak pada umumnya namun ada cerita yang bireka agar menarik untuk dibaca. Pada awal cerita menampilkan kepahlawaanan seorang anak yang menyelamatkan warga desa dari bahaya banjir bandang. Namun dalam cerita selanjutnya menampilkan cerita tentang kerja bakti, bermain di pantai, kegiatan sekolah, sampai pada anak yang nakal dan rajin. Selain itu juga bercerita tentang keluarga contohnya adik kesayangan, tentang bapak, tentang meong. Antologi ini diakhiri dengan cerita tentang sahabat setia.
Buku ini bisa didapat di Dewan Bahasa Jawa Kabupaten Blora.
Antologi Cerpen “ASA” memuat cerita-cerita menarik dan membuat penasaran bagi pembacanya, terutama yang endingnya tidak jelas. Seperti cerita berjudul “Teman.” Dikisahkan seorang lelaki sopir travel yang memberi tumpangan kepada seorang wanita. Setelah di perjalanan berbincang-bicang ternyata adalah teman SMA yang sudah berpisah 15 tahun lamanya. Lelaki yang masih lajang itu menaruh hati sama temannya itu. Sesampai di POM lelaki itu turun dan pergi ke toilet, betapa terkejut setelah kembali ke mobil temannya itu tidak ada. Lelaki itu lalu bertanya pada petugas POM namun tidak melihat ada wanita di dlam mobil atau keluar dari mobil.
Sementara cerita berjudul “surat” menggambarkan seorang istri tentara yang ditinggal suaminya bertugas hanya surat yang menjadi sarana untuk komunikasi. Demikian masih banyak cerita menarik dalam antologi ini.
Buku ini bisa didapat di Dewan Bahasa Jawa Kabupaten Blora.
Antologi Puisi “Tanah Berbongkah” menggambarkan fenomena keadaan saat ini di mana banyak generasi muda dengan tingkah laku dan aktivitas yang semakin memprihatinkan. Banyak pemandangan yang tak sedap tuk ditatap, berhamburan kata yang tabu tuk ditiru, menjamur tingkah laku yang mengusik tuk diselidik. Tak hanya di kota dan di desa, di daerah perbatasan pun sudah terpengaruh. Miris melihat banyak generasi muda yang tak bisa diharapkan bak tanah berbongkah dimusim kemarau. Namun, masih ada sedikit asa pada mereka yang masih bisa menyejukkan mata, mau terus berupaya, dan tak terpengaruh mereka yang terus menghasut bahkan menyudut. Sekolah, menjadi harapan adanya perubahan untuk mendidik generasi muda. Asrama atau pondok pesantren juga semakin menjadi pilihan untuk meningkatkan pengetahuan dan iman serta memperindah karakter. Namun, peran orang tua juga tak luput dari sorotan dan tatanan sistem pendidikan yang mendukung akan semakin mempermudah.
Tanggung jawab utama memperbaiki generasi, terus memotivasi, mencipta masyarakat madani, dan memajukan negeri ada di pundak pendidik dan ulama sebagai pencerah, pemberi petuah, penuntun bagi mereka yang sudah salah arah bak menggemburkan tanah berbongkah. Bagaikan tanah berbongkah yang tak terjamah di sawah atau ladang yang sungguh keras saat musim kemarau. Ibarat kerasnya karakter generasi muda saat ini yang sebagian besar sudah tak mau menerima nasihat dan memperbaiki budi pekerti. Apalagi jika mereka terus dibiarkan seperti lahan yang terabaikan. Tapi ketika musim penghujan datang, air yang turun dapat menggeburkan tanah berbongkah dan jika diolah dengan sungguh-sungguh bisa menghasilkan sesuatu yang berfaedah. Begitu juga dengan para pemuda negeri ini, mereka generasi yang masih bisa dimotivasi dan diperbaiki. Perlahan namun pasti, mereka akan mampu menjadi pribadi yang tangguh dalam memimpin dan memajukan bumi pertiwi tercinta ini.
Buku ini bisa didapat di Dewan Bahasa Jawa Kabupaten Blora.
Kerinduan kepada sosok seorang ayah menjadi salah satu puisi yang ada dalam Antologi Puisi “Rindu Untuk Ayah.” Rindu berkaitan dengan perasaan yang indah untuk diungkapkan dalam sebuah puisi, sedangkan sosok ayah adalah sok yang penting dalam kehidupan manusia. Selain puisi tentang ayah juga banyak puisi yang berkaitan dengan alam sekitar berlatar belakang Blora, namun semua disajikan dalam bentuk fiksi sehingga multi tafsir. Pilihan kata dalam antologi ini disesuaikan dengan kebutuhan makna sehingga mudah dan enak untuk dibaca. Semoga menginspirasi bagi pembaca.
Buku ini bisa didapatkan di Dewan Bahasa Jawa Kabupaten Blora.
Antologi puisi “ALUN-ALUN BLORA MENJELANG SORE” adalah kumpulan puisi yang melukiskan suasana Ramadan pada umumnya. Salah satu puisi yang berjudul “Alun-alun Menjelang Sore” benar-benar menggambarkan suasana alun-alun menjelang sore saat bulan Ramadan.
Selain itu juga tentang sajadah basah, tahajud, takjil, sahur, godaan, dan lain sebagainya. Semuanya ditulis dengan pilihan kata yang tepat sehingga memiliki roh religius Ramadan. Semoga menambah kasanah puisi religus Islami.
Buku ini bisa didapatkan di Dewan Bahasa Jawa kabupaten Blora.
Antologi Puisi “Menggapai Asa” merupakan kumpulan puisi yang melukiskan ungkapan perasaan dan gagasan tentang asa atau harapan. Harapan itu dihubungkan dengan apa saja yang ada di sekitar penulis. Salah satu judul puisi tentang Borobudur merupakan ungkapan kekaguman namun juga mempunyai harapan untuk masa depan, tidak hanya kagum tetapi menjadi tantangan untuk bisa menciptakan lebih baik dari Borobudur. Contoh lagi tentang Diponegoro seorang pahlawan yang gigih memperjuangkan kemerdekaan Indonesia, harapannya menjadi soosok teladan dan penyemangat untuk mengisi kemerdekaan. Masih banyak lagi puisi-puisi yang menarik untuk dibaca dan diambil dilai-nilai positif yang tersirat dalam puisi tersebut.
Buku ini bisa didapatkan di Dewan Bahasa Jawa Kabupaten Blora.